itoday.id, JAKARTA | Visi Indonesia Emas 2045 hanya mungkin terwujud jika ada keadilan dan kesejahteraan serta negeri yang aman dan damai, kata Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Dalam pidatonya tentang Visi Indonesia Emas 2045 pada peringatan HUT Ke-50 CSIS Indonesia di Jakarta, Senin, AHY yakin bangsa Indonesia mampu mewujudkan syarat-syarat itu demi mencapai Indonesia Emas 2045.
Istilah Indonesia Emas 2045 merupakan visi pembangunan yang kerap disampaikan oleh para elite, termasuk di antaranya para ketua umum partai politik.
Selain AHY, Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto juga pernah menyampaikan pandangannya soal visi Indonesia Emas 2045.
Menurut AHY, istilah Indonesia Emas merujuk pada proyeksi yang optimis terhadap masa depan Indonesia, yaitu negeri yang makmur, sejahtera, maju, aman, dan damai.
Selanjutnya, pemilihan 2045 sebagai momentum merujuk pada prediksi dan proyeksi para pengamat yang menilai Indonesia akan tumbuh dan masuk dalam 10 besar perekonomian dunia pada 24 tahun mendatang. Proyeksi itu setidaknya pernah disampaikan oleh para pengamat sejak Indonesia menjadi anggota G20 pada tahun 2008.
Terkait dengan itu, AHY berpendapat bahwa Indonesia Emas hanya dapat tercapai jika Indonesia benar-benar aman, damai, adil, sejahtera, maju, dan mendunia.
Indonesia aman salah satunya terlihat dari kemampuan dan kapasitas TNI menjaga kedaulatan negeri dan melindungi negara dari ancaman militer dan ancaman nonmiliter.
Oleh karena itu, AHY mendukung upaya-upaya penguatan TNI karena alat pertahanan negara harus kuat, modern, dan profesional.
Sementara itu, Indonesia damai menurut AHY hanya mungkin terwujud jika ada demokrasi yang sehat tanpa dirusak oleh politik transaksional, politik identitas, serta aksi saling fitnah dan menyebar kebohongan hanya demi mematikan karakter lawan politik.
AHY menyoroti politik transaksional hanya menjadikan praktik demokrasi seperti pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah sebatas transaksi bisnis.
Alhasil, pemilu dan pilkada tidak memberi ruang untuk figur-figur yang punya kapasitas dan berintegritas. Sebaliknya, politik transaksional memberi panggung bagi mereka yang punya modal.(*)