itoday.id, Magelang | Permainan adu tembak paintball memang semakin akrab dengan masyarakat Indonesia. Keseruan penuh strategi yang disajikan bahkan menjadikannya pilihan aktivitas berkeringat baru pecinta olah raga fisik.
Paintball secara sederhana dapat dipahami sebagai permainan ‘perang-perangan’ menggunakan senjata berisi peluru cat. Masuk kategori olah raga ekstrem membuat pemainnya harus mengenakan seragam lengkap.
Biasanya, seragam paintball dibuat berwarna loreng yang tidak lain bertujuan membawa suasana perang sesungguhnya. Senjatanya, biasa disebut paintball gun atau paintball marker, dibuat seperti senjata laras panjang.
Aturan bermain paintball memang sederhana. Tujuan utamanya hanya memberikan cat kepada pemain lawan, yang otomatis membuatnya ke luar dari permainan. Tapi, cat memang dilontarkan menggunakan senapan tersebut.
Paintball dimainkan secara berkelompok, yang semakin banyak pengikutnya memang malah membuat permainan makin seru. Terlebih, lapangan bermain paintball pasti dibuat bernuansa ladang pertempuran.
Tumpukan ban, potongan-potongan seng berdiri, sisa reruntuhan tembok sampai mobil bekas penuh karat biasanya menjadi pemandangan lumrah lapangan painball. Pepohonan menjadi pelengkap suasana perang.
Paintball cukup mudah ditemui dan sering dimainkan oleh berbagai instansi. Seperti di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jawa Tengah misalnya. Para pimpinan, staf dan jajarannya bermain paintball bersama wartawan. Selain bermain dan olah raga, paintball juga bermanfaat untuk menjalin komunikasi dan kedekatan antara UMP dengan wartawan.
Salah satu pemain paintball yang juga Staf Rektorat UMP, Hana Nurhasanah, mengaku baru sekali mencoba olah raga ‘perang-perangan’ tersebut. Tapi, gadis 24 tahun itu merasa sudah ketagihan untuk mencoba permainan-permainan selanjutnya.
Saat bermain, Hana mengaku cukup takut terkena tembakan. Karenanya, ia banyak memilih bersembunyi di reruntuhan yang ada, dan menunggu ada musuh yang lengah untuk selanjutnya ia serang.
“Iya, tunggu di belakang tadi, kalau ada yang lewat baru tembak,” kata Hana, Kamis 7/11/2019.
Senada, Eko Pujiono Staf Humas UMP, yang baru pertama mencoba paintball menilai, olah raga itu memang membutuhkan energi yang lumayan banyak. Sebab, begitu permainan dimulai, suasana memang seperti berada di medan perang.
Tidak cuma beradu tembakan, semua tim dirasa harus mengatur strategi jitu. Sebab, jika tidak, ada anggota-anggota tim yang akan masuk perangkap lawan, yang tentu bisa mengakibatkan timnya kalah.
“Harus saling komunikasi, kalau bergerak masing-masing mudah dikalahkan,” ujar Eko.
Sementara itu, Zainal salah satu instruktur paintball mengatakan, permainan memang bisa dimainkan berkelompok berapa saja. Tapi, ia menilai, permainan akan lebih hidup jika minimal dimainkan lima orang masing-masing kelompok atau total 10 orang.
“Kita main tembak-tembakkan intinya, pelurunya terbuat dari karet berisi cat yang mudah pecah,” katanya.
Biasanya, tempatnya ramai dikunjungi pada akhir pekan untuk orang-orang melepas lelah sembari berolahraga. Peminatnya cukup beragam mulai teman-teman kuliah, rekan-rekan kerja sampai keluarga.
Setiap pemain mendapat 40 peluru untuk digunakan dalam dua sesi atau 20 peluru setiap pertandingan. Sebelum bermain, pemain memang akan mendapat arahan dan dipastikan memakai perlengkapan lengkap.
Perlengkapan terdiri dari seragam yang menutupi tubuh secara penuh, rompi dan google atau semacam helm perang. Semuanya wajib dikenakan sebelum memasuki lapangan demi menghindari cedera-cedera akibat terkena tembakan.
Uniknya, tidak ada batasan waktu yang diterapkan dalam paintball. Permainan berakhir hanya ketika peluru salah satu tim habis.
Zainal menilai, paintball memang merupakan olah raga ekstrem yang walau tidak melarang anak-anak, tapi tidak disarankan membawa anak-anak di bawah umur. Tapi, memang ada perbandingan tingkat kelelahan dibandingkan olah raga lain.
“Kita lima menit di paintball kalau di futsal sama dengan setengah jam, jadi badan itu harus fit,” ujarnya.
Penulis : Red