Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
ADV ITODAY
Uncategorized

Produksi Gula Merah Turun 60 Persen Akibat Kemarau, Penderes Nira Kerja Serabutan

×

Produksi Gula Merah Turun 60 Persen Akibat Kemarau, Penderes Nira Kerja Serabutan

Sebarkan artikel ini
Produksi Gula Merah Turun 60 Persen Akibat Kemarau, Penderes Nira Kerja Serabutan
Example 468x60

itoday.id, Banyumas | Nasib ratusan penderes di sentra penghasil gula merah dikabupaten Banyumas, Jawa Tengah mulai meninggalkan pekerjaannya sebagai penderes gula kelapa. mereka meninggalkan desanya, ada yang merantau ke Jakarta menjadi buruh bangunan serta serabutan lainya. Hal itu dilakukan karena kemarau panjang menyebabkan produksi air nira turun drastis.

Kemarau panjang yang melanda wilayah Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah sudah berlangsung enam bulan lebih. Kondisi ini membuat bunga atau manggar pohon kelapa yang biasa di sadap air nira untuk bahan gula merah ini kering karena bunganya pecah.

Example 300x600

Akibatnya, ratusan penderes di sentra-sentra penghasil gula kelapa seperti di Kecamatan Cilongok, Pekuncen dan Ajibarang terpaksa meninggalkan pekerjaannya sebagai penderes gula kelapa.

Para buruh penderes tak bisa memproduksi gula kelapa karena air nira sedikit akibat musim kemarau. Padahal, pekerjaan menderes merupakan mata pencaharian pokok mereka sehari-hari.

Suwarno, salah satu buruh penderes asal Desa Semedo mengatakan kepada Reportase.tv, Minggu (27/10/2019), “saat ini sejak kemarau, para penderes sangat susah sekali karena bunga kelapanya atau manggar rusak dan kering. Rusaknya bunga kelapa mengakibatkan air nira sedikit bahkan tidak keluar. Penderes berharap pemda memberikan pekerjaan sementara karena produksi gula disaat kemarau seperti saat ini menurun.”

“Dalam keadaan normal, saya memanjat 25 pohon bisa mendapatkan 8 kilogram gula kelapa. Sejak musim kemarau, pendapatan air nira sedikit jika dijadikan gula kelapa ikutan turun, dari 8 kilo menjadi dua kilogram.” Kata warno.

Imbas dari musim kemarau, bunga kelapa atau manggar banyak yang pecah serta tidak ada serapan air pada pohon kelapa sehingga air nira yang diserap kecil. Nasib penderes bagai jatuh tertimpa tangga, saat produksi turun, harga juga anjlok.

Dari ratusan penderes, sebagian penderes mencari nasib bekerja ke Jakarta menjadi buruh bangunan. Semua peralatan untuk penderes di tanggalkan, dan tidak ada aktifitas di dapur.

Sementara penderes lain justru bertahan di desanya menjadi buruh bangunan dan serabutan lainya demi kebutuhan keluarga. Bahkan ada yang beralih menjadi tukang kayu demi mendapatkan penghasilan, seperti salah satu warga, Narsum.

“Kalau saya memilih mencari pekerjaan lain di Kampung saja, alasannya tidak biasa merantau. Untuk penghasilan memang besaran menderes dibandingkan pekerjaan bangunan yang hanya 80 ribu rupiah perhari.”Jelas Narsum.

Saat ini harga jual gula kelapa serbuk dari penderes ke tengkulak berkisar 16.500 Rupiah per kilogramnya. Namun penderes tak bisa menikmati karena harga gula tetap dan tidak ada kenaikan.

Gumuh Sutopo, pengepul gula serbuk mengatakan, “akibat cuaca serta kemarau panjang berimbas pada produksi air nira dan gula merah yang mencapai 60%. Penurunan terparah mulai bulan aguatus sampai sekarang sejak kemarau melanda.”

Gumuh menambahkan, “penurunan produksi gula merah terjadi sejak tiga bulan antara Agustus sampai sekarang. Penurunan produksi untuk tahun ini terparah mencapai 60 persen bahkan cenderung menurun apabila kemarau belum juga berakhir.

Penulis : Red

Example 300250
Example 120x600

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *